TOPJURNALNEWS.COM - Peningkatan ekonomi Sumatera Utara terus mengalami dari berbagai sektor, terutama disektor pertanian.
Salah satu komoditas pertanian yang sedang dimintai yakni vanili dan turunan asal Sumut, komoditas ini semakin diminati oleh para eksportir untuk dijual ke mancanegara.
Diantaranya ada PT Sumber Bukit Jaya sebagai salah satu perusahaan eksportir vanili terbesar di Sumatera Utara.
Perwakilan PT Sumber Bukit Jaya, Hendi Situmorang mengungkapkan jika saat ini vanili memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
"Dari sisi pengiriman saja kita harus menggunakan transportasi udara, tidak bisa disamakan dengan komoditas lain yang dikirim lewat laut," ungkap Hendi, kemarin seperti dikutip dari tribunmedan.
Dijelaskan Hendi, vanili dari Sumut sudah menarik minat banyak negara di Eropa dan Asia yang kemudian menjadi tujuan ekspor. Ada pun produk Vanili yang dikirim adalah buah yang sudah dikeringkan (Vanili Bean) atau sudah menjadi bubuk (Vanili Powder).
Dikatakan Hendi, masing-masing produk vanili asal Sumut digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan perasa makanan, pewangi, kosmetik, dan banyak kegunaan lain.
Untuk memenuhi pasokan, PT Sumber Bukit Jaya membeli vanili dengan harga Rp 200 ribu- Rp 300 ribu per kg, tergantung kualitasnya.
Saat ini, Sumut mulai memiliki beberapa daerah sentra vanili dan yang terbesar adalah Kabupaten Karo dan juga berada di sekitar Danau Toba, kemudian Deliserdang, dan Langkat.
Selain menjadi sentra utama, kualitas vanili dari Tanah Karo juga relatif lebih bagus dari daerah-daerah lain di Sumut. Bahkan kualitas vanili dari Tanah Karo juga merupakan yang terbaik di Indonesia.
Berdasarkan informasi dari Hendi, saat ini Sumut sudah mampu memproduksi 10 ton vanili setiap bulannya, yang didominasi dari Desa Perbesi di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo.
Saat ini, Desa Perbesi menjadi sentra vanili di Karo lantaran memiliki petani yang relatif banyak dan bersungguh-sungguh membudidayakan tanaman ini.
Namun begitu, Hendi mengakui bahwa kualitas vanili dari Perbesi masih butuh peningkatan bila mengacu pada standar pasar dunia. Secara fisik, ukuran buah masih perlu diperbesar dan tingkat kematangan juga masih perlu lebih diperhatikan saat panen.
Upaya memperbesar buah vanili menurut dia sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah, diantaranya dengan mengurangi jumlah buah pada setiap tandan dan mengurangi jumlah tandan dari setiap pohon.
Produksi buah juga akan jauh lebih baik bila aktivitas perawatan dilakukan secara rutin, bahkan hingga pada keteraturan jam. Jika hal-hal itu dilakukan, maka petani akan mendapat 1 kg vanili hanya dengan 25-30 buah, berbeda dari saat ini yang membutuhkan hingga 70 buah.
Sementara itu, sesuai dengan kebijakan Gratieks yang dicanangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pihaknya pun menargetkan peningkatan volume ekspor hingga tiga kali lipat pada 2022. Bahkan dia optimistis volume ekspor vanili dari Sumut dapat meningkat hingga lima kali lipat.
Optimisme ini berdasarkan pada produksi buah vanili akan bertambah lima kali lipat setiap tahun pada tanaman yang sama. Dengan kata lain, semakin tua tanaman vanili, makan kemampuan produksinya juga akan semakin besar.
"Tinggal bagaimana para petani dapat lebih memerhatikan kualitas buah," pungkasnya.(red/trm)