FGD Unand-Unimed Kupas Majalah Pandji Islam dan Nasionalisme,Medan adalah Pusat Media Utama Sejak Era 30-an

Sebarkan:

TOPJURNALNEWS.COM - Tidak hanya dalam jumlah yang mencapai 153 nama, media cetak yang diterbitkan di Medan sejak era 30-an memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang cukup tinggi bahkan ada yang terang-terangan berani memojokkan faham kolonialisme yang saat itu masih menguasai negeri yang kemudian bernama Indonesia.

Salah satu penelitian yang sedang dilakukan Universitas Andalas (Unand) Padang dan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unimed Medan adalah majalah Pandji Islam yang diterbitkan di Medan antara tahun 1934 sampai tahun 1942.

Dalam Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di aula Dekanad FIS Unimed, Selasa siang (22/10), disoroti nasionalisme majalah yang diterbitkan alumni Sumatera Thawalib Padang Panjang Zainal Abidin Ahmad ini. 

Tampil sebagai pematik diskusi, Prof. DR Phill Ichwan Azhari MS, guru besar sejarah Unimed dan pembicara utama DR Wannofri Syamri dosen sejarah Unand.

Menurut Prof Ichwan Azhari, melihat perjalanan majalah Pandji Islam meski hanya berusia sekitar delapan tahun, cukup mencengangkan. Sebab media yang dicetak sangat sederhana dalam 24 halaman ini mampu menjadi media yang ditunggu, bahkan oleh kalangan masyarakat berpendidikan di Pulau Jawa. “Jadi dicetak di Medan, tapi diedarkan sampai ke pelosok pulau Jawa,” jelas Icwan Azhari. 

Ini terbukti, di antaranya, Prof Ichwan Azhari, dalam penelusurannya mendapatkan beberapa eksemplar Pandji Islam di Semarang, bukan di Medan, tempat terbitnya majalah tersebut.

Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab, kenapa Pandji Islam diterbitkan di Medan, bukan di Jakarta atau kota lain di pulau Jawa pada masa itu. 

Di antaranya, Jakarta atau pulau Jawa sangat dekat dengan kekuasaan kolonial Belanda, sehingga tidak memungkinkan membuat penerbitan yang berisi semangat kebangsaan, yang tentu saja sangat bertentangan dengan semangat kolonialisme yang sedang sangat berkuasa di masa itu. 

Namun di sisi lain, ada dugaan, Zainal Abidin Ahmad yang tamatan Sumatera Thawalib memang sengaja memilih Medan sebagai tempat untuk menerbitkan media yang bisa digunakan untuk membakar semangat kebangsaan kaum pribumi, baik yang ada di Sumatera maupun di Pulau Jawa. Apalagi di media ini juga tampil tokoh-tokoh pergerakan, seperti Muhammad Natsir, bahkan Soekarno yang ikut mengisi lembaran Pandji Islam.

DR Wannofri Samri yang sedang melakukan penelitian menilai, semangat dari Sumatera Thawalib Padang Panjang, tempat Zainal Abidin Ahmad ditempa menjadi pendorong yang cukup signifikan bagi hadirnya majalah ini dari Medan. 

Ditambah lagi saat itu, kota Medan, sudah memiliki sangat banyak media cetak, baik dalam bentuk majalah sederhana, maupun surat kabar yang terbit secara berkala, mingguan atau dwimingguan. Dan itu semua didukung dengan tersedianya sejumlah percetakan modern kala itu, seperti percetakan Sarikat Tapanoeli di Jalan Mesjid Lama Gang Bengkok.

Itu pula sebabnya Medan, bisa disebutkan sebagai pusatnya media utama di tanah air jauh sebelum era kemerdekaan. Sebab dari catatan Sejarah Pers di Sumatera Utara yang ditulis Moh. Said (pendiri harian Waspada) tahun 1976, antara tahun 1884-1942 tercatat ada 142 media yang diterbitkan di Medan! Uniknya, media-media yang diterbitkan dengan ciri khas berbeda-beda bisa hidup berdampingan dalam kurun waktu yang cukup panjang. 

Baik yang masih menggunakan bahasa Melayu campur bahasa daerah, media daerah, sampai yang berwarna keagamaan seperti Pandji Islam, Menara Islam, Soeloeh Islam dan sejenisnya.

Dalam diskusi yang berlangsung panjang dan menarik yang dihadiri sejumlah praktisi dan dosen dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Utara, seperti USU, UIN, Unimed dan sejumlah jurnalis Sumatera Utara itu juga menjalar situasi kekinian di mana  nasionalisme atau semangat kebangsaan itu terasa sudah meluntur, termasuk tercermin dari isi media massa yang diterbitkan saat ini. 

Padahal sejarah telah mencatatkan bagaimana semangat kebangsaan itu bisa menjadi modal bagi kuatnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang pernah dibuktikan di masa lalu.(SA)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini